Jumat, 26 November 2010

Cintamu luruskan jalanku

Kala ku berjalan tanpa arah.
Kala langkah kaki mulai goyah.
Kau hadir bersama cinta.
Dan kau hembuskan kebesaran-NYA,
dengan lantunan ayat-ayat suci.
Keimanan hatimu tlah insyafkan keraguanku.
Kini…
Kubersimpuh, memohon pada Allah atas cintaku.
Aku berdzikir pada-NYA.
Kuuntai airmata
menjadikan sbagai tasbihku.
Agar kuingat slalu namamu.

oLeh: Ahmad Khanifudin

Malam Purnama
























Ini malam purnama
terbentang langit dalam kelambu cahaya
kau selimuti aku dengan
tatap matamu.

Malam jadi seharu aku
bintangbintang di langit ungu. Berderaian
jatuh di pangkuan
menjelma kunangkunang yang menari di wajahku.

“karena cinta, aku bersinar selalu…”

Terasa di kerut wajah jejak lembut ujung jarimu
hangat berdesir dalam darah menuliskan syair cinta
percakapan apakah mengalir dalam peluk kasmaran
tatapan erotismu tak pernah tuntas aku tafsirkan.

“karena cinta, rembulan bercahaya…”


oLeh: Ahmad Khanifudin

Puisi untuk Kekasih yang Sedang Sakit



Cepat sembuh, kekasih
malam tanpa angin
tanpa bisik-bisik daun dan ranting
bila bibirmu kelu dan kering.

Cepat sembuh, kekasih
bulan samar dan redup
cahaya terperangkap kabut
bila matamu sayu dan hening.

Cepat sembuh, kekasih
langit kelam dan kusam
hati gelisah dan tenggelam
bila wajahmu pucat dan terbaring.

Sebutir kapsul segelas doa
sepeluk kasih sekecup sayang
semoga cepat sembuh, kekasih
mata dan hatiku berjaga untukmu.


 oLeh: Ahmad Khanifudin

Sketsa Hati dalam Secangkir Senja

Awan tipis tersapu angin, seakan handuk terlepas
meninggalkan gemas pada tubuhmu, kurasakan udara
yang ditinggalkan hujan. Mentari di celah jendela
kaukah yang membawanya. Deras sinarnya
seperti darah menghanyutkan degup rindu
di serambi jantungku.

Senampan senja kausuguhkan, lentik jemarimu indah
tatap matamu tak sanggup kugubah, jejakmu sumringah
dalam hangat yang terperangkap racikan daunan teh
seputik melati menepi di pinggir cangkir
menyengatkan wangi di bibir. Dan senyummu
kuseruput tanpa akhir.

Cinta bergetar di tengah Oktober
lengkung alismatamu memayungi senja hujan
aku menghangatkan diri di matamu
pada sinarmatamu anggun, pada sunyi yang unggun
pada sketsa hatimu yang mengambang
di secangkir senja yang rembang.



Pada Sebaris Hujan

Pada sebaris hujan, kita masuki cakrawala
dengan payung terbuka
tanpa layung senja. Terpa angin meninggalkan
jejak dingin di dada kita.
Engkau menggigil di jantungku.

Jutaan tetes air berterbangan
seperti tangis terbebas dari kesedihan
seperti bungabunga
tumpah dari jambangan. Mengisi hatimu yang bimbang
mengubahmu jadi tembang. Rintik merdu.

Sebulir hujan menggantung di ujung payung
sebuah kilau, seolah
cahaya yang tersimpan. Sebutir doakah?
Kumasuki kelambu hujan
di mana airmatamu menggenggam rindu.

Waktu lalu mendesak. Serasa singkat.
Rembang pun berlalu, saat benderang lampulampu
… dan hujan berpamitan  di jendela senja
yang perlahan menutup payung kita
dengan sebuah pelukan.



oLeh : Budi Harjono

Ketika Aku Memandangmu

Aku sedang memandangmu
di bawah bulan setengah lingkaran
membaca selaksa kata di matamu
menafsirkan sirat cinta.

Maka ketika kau memandangku
aku tahu, kau bulan yang jatuh di wajahku
kau yang selalu di wajahku
menuliskan pendarpendar cahaya

petunjuk bagi langkahku
menelusuri jalan setapak di hatimu
langit yang selalu membukakan pintu
untuk pulang kepakkepak sayapku.

Di bawah bulan yang mengambang
di pematang alis matamu
ribuan kata tertutup embun dan kulihat wajahmu
merunduk menggenggam bulir rindu.



oLeh : Budi Harjono

Minggu, 21 November 2010

Cinta Abadi

Kemarin, sengaja kubisikkan padamu kalimat penuh cinta
Kuharap itu mendengung abadi sepanjang masa
Di dalam raga dan jiwamu, tanpa kau menyadarinya
Sebab itu aku… mengatakan padamu apa adanya
Tadi pagi… kusambut hariku dengan sinar cerah mentari
Kutitipkan harap pada embun yang membasahi bumi
Agar cinta kita berdua ini kekal abadi, tak terkecuali
Hingga bumi tak lagi bermentari, hingga hitam menjemput raga ini




PEDIH

Mereka tertawa seolah aku tak merasakan apa-apa
Seperti perpisahan hanyalah sebuah fase biasa
Mengolok-olok dan memberi semangat seadanya
Kawan… aku baru saja kehilangan cinta
Semua melarangku menangis, hatiku tak boleh menjerit
Tapi mereka tertawa… bukannya memapah jiwaku yang lemah
Tak ada lagi singa dan serigala di dalam jiwaku kini
Kumohon tolong, berhentilah menertawakan kepergiannya !
Aku hanya ingin engkau tahu, bukan menertawakanku
apalagi menghujatku… sebab engkau kawanku
Jika tak bisa kau berikan aku empatimu
Jika tak bisa kujadikan engkau penguatku
Kumohon berikan aku ruang sunyi untuk mendamaikan diri
tuk mengenangnya pergi…
tuk menantinya datang kembali…
tuk membangun semangatku lagi…


oLeh : Debby Agung S.

CINTA PUTIH

Ada bayang yang tak pernah pergi
Ada nama yang s’lalu mendiami
serta seutas wajah yang menerangi
Pada hati…bangkitkan semangat diri
tuk lalui hari-hari
Meski kutau bagiku takkan mungkin lagi ada dirimu
Tetap saja kubiarkan engkau mendiami seluruh taman asa
di antara kuntum bunga mawar yang pernah ada diantara kita
Merekah indah diantara ‘harap dan nyata’
Ada keyakinan yang tak terbeli
Oleh ribuan hari-hari penantian hati
Susuri hidup… walau tertatih seorang diri
dan kau tetap disana, diami sudut paling sunyi
dan suci…


oLeh : Debby Agung S.

14 FEBRUARI

14 Februari,
Mereka bilang ini hari yang suci
Dan dengan segenap jiwa
Aku berdoa
14 Februari,
Berharap ia mengerti
Tentang apa yang kurasa
Bahwa aku sungguh cinta
14 Februari,
Adakah ia tau
Bahwa sampai nanti aku mati
Aku kan mencintainya slalu
14 FebruaRi
Hari ini aku berjanji
Atas nama cinta
Akan setia untuknya
Aku tau
Ada yang pisahkan kita
Setitik dinding itu
Bukanlah apa-apa
Percayalah
Pada kekuatan cinta
Kita tak kan kalah
Selama kita tetap bersama
Dan hari ini
14 Februari
Saatnya aku sematkan
Ungkapkan
Apa yang kurasa
Bersenandung dalam asa
Berharap bukan mimpi
Cinta kita akan abadi


oLeh : Febrian Fajar Sukarno Putra

HILANG

Bintang malam kemanakah ia gerangan?
Tak sedikitpun ia meninggalkan jejak
juga bayang… siang atau malam
Adakah rindu ini harus kugenggam,
Hingga esok hari kujelang…
Ku menyayanginya dari lubuk hati
Tetap merindunya meski t’lah pergi
Ku hanya ingin melihat, namun itu pun tak mungkin lagi
Tidakkah rasa ini harusnya mati
dan hilang dari hidupku ini




oLeh : Febrian Fajar Sukarno Putra

SENANTIASA


Senantiasa
Ku mencoba tuk s’lalu ada
Saat kau menangisi duka
Atau saat berbagi tawa
Senantiasa
Tak pernah cukup mudah
Namun hasrat membuatku bisa
Tentangmu adalah asa
Senantiasa
Kuhindari menorehkan luka
Membuatmu s’lalu bahagia
Kemarin, kini dan sepanjang masa


oLeh : Febrian Fajar Sukarno Putra

Rabu, 10 November 2010

LOVE

Angan melayang menerawang menembus lautan mega
Menghembus pelan angin keinginan
Muak dengan detail mega hitam menyeruak langit biruku
Menatapmu Mencintaimu Menunggumu
Seperti cahaya lentera yang tak akan pudar walaupun badai meniupnya
Seperti matahari yang mengiringi waktu
Seperti embun pagi yang selalu hadir dipagi hari
Tetap setia menyinari hidup dan langkahku


oLeh : Setyo Edi N.

Aku Tak ‘Kan Berhenti Mencintaimu

Apa yang mesti kukatakan padamu saat Rindu menikam langit?
Ketika deru metropolitan tak lagi menyisakan arti
Dan temaram lampu jalan hanya menyinari kehampaan
Adalah kau, dindaku
yang melebur satu dalam sukmaku
mengalirkan kemuliaan cinta
pada sungai kasih yang engkau bentangkan
Di hatiku, yang mendambamu, dari detik ke detik
Jika saja gerimis malam ini tak segera usai
Aku akan tetap mengurainya satu demi satu
menjadi noktah-noktah kecil berwarna cemerlang

Lalu melukisnya dikanvas langit
menjadi gambaran wajahmu
Dengan ukiran bulan sebagai senyummu
Apa yang mesti kunyatakan padamu saat sunyi menyesak dada?
ketika kutangkap dan kudekap bayangmu di relung kamar
pada senja merah yang menggetarkan
Adalah kau dindaku,
Bunga mimpiku dari malam ke malam
yang memberi seribu makna dari kelembutan matamu
Sungguh, aku hanya punya cinta sederhana untukmu
yang telah kurajut dengan benang-benang kesetiaan
Dan kujalin indah hingga kau kujelang
Pada waktunya kelak
Kita songsong cakrawala membuka tirai pagi
Dengan terik sinarnya yang menyejukkan hati
Lalu biarkan aku membawamu terbang
Menyusuri pelangi dan melintasi mega
Sambil kubisikkan lirih ditelingamu:
“Aku tak akan berhenti mencintaimu”





oLeh : Setyo Edi N.

Cinta




Satu masa telah terlewati
Benci dan rindu merasuk di kalbu
Ada apa dengan cintaku
Sulit untuk aku ungkap semua
Jangan pernah bibir tertutup
Bicarakan semua yang kau rasakan
Cinta itu kita yang rasa
Bila sengsara hati kan merana
Wahai pujangga cinta
Biar membelai indah
Telaga di kalbuku
Jujurlah pada hatimu
Ada apa dengan cinta


oLeh : Setyo Edi N.